Sabtu, 02 Januari 2010

Belanja Bijak Bagi Keuangan Keluarga

Belanja Bijak Bagi Keuangan Keluarga

Dengan memperhatikan keadaan lingkungan sekitar seseorang, maka Anda dapat mengatakan bagaimana individu tersebut membelanjakan uangnya. Bila Anda memasuki pekarangan atau rumah seorang teman Anda dan dengan menggunakan sedikit penglihatan detektif maka Anda dapat mencoba menjawab, kemana uang yang dihasilkan setiap bulannya digunakan? Apakah uang yang dihasilkan digunakan untuk membeli mobil-mobil, hobi berkebun, buku-buku, mendapatkan gelar kesarjanaan, peralatan elektronik canggih atau perabot rumah?

Dilihat dari hal ini sebenarnya yang menjadi tujuan utama bukanlah menjawab ke mana uang itu digunakan, akan tetapi lebih dalam lagi melihat perihal kebiasaan seseorang atau keluarga menggunakan pendapatannya.
Kebanyakan keluarga pada umumnya lebih menfokuskan untuk meningkatkan penghasilan, baik dengan bekerja lembur atau bekerja di hari libur. Mereka selalu melihat dengan penghasilan besar maka akan dapat memenuhi semua kebutuhan maupun keinginan keluarga. Tapi mereka lupa, bahwa mata uang memiliki dua sisi, ada arus masuk serta arus ke luar.

Dalam hal mencapai kesejahteraan keluarga, kedua hal ini yaitu arus masuk keuangan keluarga serta aliran keluar uang dengan membelanjakannya menjadi sangat penting. Keseimbangan keduanya menjadi tolak ukur utama untuk mencapai kebebasan finansial.
Sekitar 6 bulan lalu, seorang ibu menelepon ke kantor kami dan ingin berkonsultasi berkenaan dengan keuangan keluarganya. Waktu konsultasi ditetapkan seminggu mendatang. Seminggu kemudian di hari Kamis sekitar pukul 10 pagi, ibu Ratih, sebut saja demikian namanya datang ke kantor kami untuk konsultasi.
Ibu Ratih membicarakan keuangan keluarganya yang belakangan ini selalu saja kurang setiap bulan (defisit). Beberapa waktu lalu, demikian Ibu Ratih memulai ceritanya, dengan penghasilan yang tidak terlalu tinggi kami dapat memenuhi berbagai kebutuhan yang kami butuhkan setiap bulannya. sekarang dengan penghasilan yang jauh lebih tinggi, ternyata problema keuangan (defisit) malah terjadi.

Dari cerita serta obrolan singkat secara umum kami mendapati problema utama yang dihadapi, yaitu pengeluaran yang tidak terkontrol. Kami mencoba untuk menelusuri ulang ke mana uang dari penghasilan bulanan dibelanjakan. Dari pembincangan sangat sulit bagi ibu Ratih untuk mengingat kembali ke mana saja uang setiap bulan dibelanjakan. Untuk beberapa pengeluaran besar dapat diingatnya. Tapi untuk pengeluaran kecil regular yang dilakukan tiap bulan sangat sulit untuk mengingatnya.
Dari pembicaraan juga terditeksi bahwa ibu Ratih termasuk yang sangat mudah tergiur dengan diskon-diskon yang diberikan oleh department store. Terkadang hal ini menjadi kurang terkendali yang mengakibatkan ketidakselarasan keadaan keuangan keluarga yang selama ini sudah tercapai.

Meningkatkan kesadaran dan membendung akan permasalahan konsumerisme memang tidaklah mudah. Akan tetapi dengan niat yang teguh serta keinginan untuk mempelajari lebih dalam lagi berkenaan dengan cara kita berbelanja memberikan kekuatan tersendiri untuk mencapainya. Beberapa hal di bawah ini dapat menjadi bahan renungan serta pijakan awal dalam mempelajari problema konsumerisme.

Belanja Bijak (Pengetahuan)
Pengetahuan utama berkenaan dengan keuangan keluarga khususnya pengeluaran adalah mencari atau mencatat semua pengeluaran yang Anda dan keluarga lakukan dalam setiap bulannya. Menurut hemat kami cara ini akan banyak memberikan masukan terhadap, bagaimana sebenarnya Anda menggunakan uang Anda. Memang kami juga memahami bahwa melakukan cara ini dengan mencacat semua pengelauran bukanlah pekerjaan yang menyenangkan.

Tapi setelah Anda memulainya dan melakukannya untuk beberapa waktu maka saya akan sangat yakin bahwa pekerjaan ini nantinya akan memakan sedikit waktu Anda. Selain itu, akan memberikan manfaat yang besar bagi perencanaan pengeluaran khususnya dan perencanaan keuangan keluarga secara menyeluruh pada umumnya.
Pelajaran selanjutnya adalah mengenai kartu kredit. Beberapa tahun belakangan ini hampir semua perusahaan yang mengeluarkan kartu kredit melakukan promosi iklan yang jor-joran. Kami sangat mengimbau untuk keluarga khususnya Ibu dan Bapak sebaiknya tidak memiliki kartu kredit lebih dari dua kartu. Mengapa? Hal pertama adalah setiap kartu kredit yang Anda miliki mengharuskan Anda membayar fee tahunan yang besarnya berkisar antara Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu. Fee ini harus Anda bayarkan walaupun Anda tidak memakainya selama setahun.

Hal kedua adalah dengan memiliki kartu kredit terlalu banyak, sebut saja 3, membuat Anda harus menyisihkan waktu lebih banyak untuk berurusan dengan tagihan kartu kredit. Hal terakhir yang harus Anda ingat baik-baik bahwa kartu kredit merupakan utang. Ketersedian limit dana yang diberikan bukan merupakan uang atau dana Anda akan tetapi Anda diberikan batasan penggunaan uang perusahaan untuk berbelanja.
Menurut hemat kami, ada beberapa tip yang dapat membantu Anda dalam mengambil keputusan berkenaan dengan kartu kredit. Pertama adalah dengan mencoba untuk membayar lunas setiap pembelanjaan yang Anda lakukan setiap bulannya. Bagaimana bisa?

Memang, membayangkan untuk membayar lunas setiap tagihan yang datang akan terasa sangat sulit. Akan tetapi bila Anda memiliki perencanaan pengeluaran khususnya pengeluaran regular bulanan yang dilakukan. Menggunakan kartu kredit menjadi sangat menguntungkan. Bila memang sulit bagi Anda untuk dapat selalu membayar lunas setiap tagihan datang, maka satu hal yang harus Anda lakukan adalah jangan pernah membayar hanya sebatas pembayaran minimun setiap bulan. Perhitungan bunga kartu kredit sangat tinggi, sekarang ini berkisar antara 2,75 persen sampai dengan 3,25 persen. Bayangkan dalam setahun bisa mencapai 38 persen.
Selanjutnya adalah perihal waktu pembayaran tagihan pemakaian yang Anda lakukan, misalnya tagihan kartu kredit, tagihan bill telepon dan lain-lain. Setiap tagihan ini memiliki batas waktu pembayaran. Yang harus diingat dalam hal ini adalah bahwa Anda harus membayarnya dengan melalui pos tentunya sebelum waktu atau tanggal jatuh tempo untuk menghindari pinalti. Bila Anda membayarnya melalui pos pada waktu jatuh tempo maka Anda akan dikenakan sangsi atau pinalti karena dalam hal ini mereka menghitungnya bila pembayaran sudah di tangan mereka pada waktu jatuh tempo.

Jadi yang sebaiknya Anda lakukan adalah dengan membayar tagihan Anda sedekat mungkin dengan waktu jatuh tempo dengan mempertimbangkan bahwa mereka akan menerimanya tepat pada waktunya. Tapi dengan jasa pos sekarang ini yang kurang dapat dipegang janjinya maka menurut hemat kami bila Anda membayarnya melalui pos paling tidak Anda membayarnya seminggu sebelum waktu jatuh tempo. Tapi dengan kemudahan ATM sekarang ini Anda dapat membayar tagihan kartu kredit atau yang lainnya dengan jasa ATM dan membayarnya tepat pada waktu jatuh tempo Anda tidak dikenakan pinalti.
Pengetahuan lain adalah mengenai keputusan untuk membeli haruslah didasari oleh sebuah kebutuhan atau jangan Anda membelinya hanya karena dorongan atau ketertarikan karena promosi serta iklan besar-besaran. Sekarang ini semua produk yang akan diluncurkan akan melakukan serangkaian promosi iklan berkenaan dengan produk tersebut. Dalam hal ini jangan Anda sangat mudah terpengaruh oleh iklan-ikaln tayangan perusahaan. Tapi ambil keputusan membeli sesuatu karena memang Anda membutuhkannya.

Dengan semakin bertambahnya stasiun televisi maka akan semakin gencar perusahaan untuk mengiklankan produknya di berbagai media (bukan hanya TV). Jangan mudah terperangkap ke dalam slogan-slogan iklan yang menjual.
Satu hal akhir yang menurut hemat kami sangat penting berkenaan dengan pengeluaran adalah menyisihkan sedikit demi sedikit secara berkala untuk tujuan masa datang. Mungkin Anda pernah membaca atau mendengarnya istilah ini disebut “Dollar Cost Averaging”. Hal ini sangat kami anjurkan karena setiap keluarga memiliki keterbatasan untuk menggunakan uangnya setiap bulan. Dari hasil gaji setiap bulan atau arus masuk yang didapat secara cermat Anda harus mengaturnya untuk dapat memenuhi semua kebutuhan keuangan keluarga. tapi satu hal yang harus Anda ingat adalah menyisihkan sebagian, walau kecil, untuk tujuan masa datang. Dan hal ini harus Anda lakukan secara teratur setiap bulan.

Menyisihkan sedikit demi sedikit untuk waktu yang panjang dan dilakukan secara teratur akan memberikan hasil yang cukup maksimal di masa datang. Banyak buku berkenaan dengan keuangan keluarga selalu saja mengatakan “Pay Yourself First”. Maksud dari kalimat ini adalah dari hasil jerih payah kerja selama satu bulan (berupa gaji) maka Anda harus memikirkan untuk menyisihkannya untuk diri Anda dan keluarga terlebih dahulu.
Demikianlah beberapa hal yang menurut hemat kami perlu dipertimbangkan dan menjadi renungan Anda dalam kaitannya dengan pengeluaran atau cara Anda berbelanja. Semoga wacana atau masukan ini dapat memberikan nilai tambah bagi Anda dan keluarga.
Kebiasaan Keuangan Keluarga

Berbicara mengenai perubahan kebiasaan atau habit, memang sepertinya merupakan hal yang mustahil. Dalam hal ini dibutuhkan perubahan paradigma atau cara pandang seseorang berkenaan dengan uang (belanja). Sebenarnya yang dibutuhkan untuk dapat menggeser paradigma lama adalah pemikiran berdasarkan pengetahun yang didapat serta kesadaran untuk memperbaiki kebiasaan konsumtif yang dimiliki.
Salah satu hal yang harus dibedakan adalah kebutuhan dan keinginan. Banyak keluarga yang mengabaikan hal ini. Bila diitnjau dari keuangan keluarga maka kebutuhan adalah segala hal yang harus disediakan keluarga untuk dapat menjalankan kehidupannya dengan baik. Hal ini berkaitan dengan segala kebutuhan sandang, pangan dan papan.
Sedangkan keinginan, lebih dipengaruhi oleh pemuas hati Anda dan keluarga. Misalnya dengan membeli TV flat screen keluaran terbaru walau sudah memiliki TV yang cukup bagus dan masih baik. Atau misalnya dengan perkembangan komputer sekarang ini, setiap 6 bulan paling tidak sudah keluar komputer dengan klasifikasi lebih baik dan lebih canggih. Jadi di sini problemanya adalah keinginan untuk memperoleh sesuatu tanpa banyak pertimbangan dampak keuangannya. Biasanya keinginan-keinginan impulsif seperti ini yang mengakibatkan keuangan keluarga menjadi terganggu.
Salah satu cara untuk mencegah kebiasaan berbelanja adalah menghindari belanja sebagai salah satu rekreasi keluarga. Bila memperhatikan kebiasaan keluarga di Jakarta, jalan-jalan ke mal merupakan salah satu rekreasi yang banyak dipilih dan digemari oleh banyak keluarga, karena sekarang ini, mal-mal memberikan bukan saja sarana belanja dengan berbagai jenis produk tapi menyediakan banyak tempat bermain untuk anak-anak. Terkadang dengan jalan-jalan di mal yang tadinya hanya untuk melihat-lihat atau window shopping tapi pada akhirnya mendorong Anda untuk berbelanja walau sebelumnya niat Anda hanya untuk melihat-lihat.

untuk mengendalikan dorongan untuk belanja. Pertanyaan-pertanyaan praktis yang perlu Anda ajukan adalah, apakah saya betul-betul membutuhkannya, apakah saya akan banyak menggunakannya, apakah ada alternatif lain yang dapat menggantikannya? Semua pertanyaan ini dapat membantu Anda untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan berkenaan dengan belanja. Tapi tumbuh keinginan untuk membeli suatu produk, maka satu hal yang menurut hemat kami dapat membantu Anda untuk mengatasinya adalah memaksa diri Anda sendiri untuk menundanya selama 30 hari. Paling tidak dengan menundanya, memberikan waktu kepada Anda untuk mempertimbangkannya lebih dalam.

Terkadang masyarakat hanya melihat bahwa pemasukan yang diperoleh setiap bulan tidak mencukupi kebutuhan bulanan yang menjadi permasalahan utama padahal ada satu hal lagi yang seharusnya juga menjadi prioritas, yaitu pengaturan atau perencanaan pengeluaran keluarga.

Semoga Sukses....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar