Jumat, 25 Desember 2009

Membentuk Tim Penanganan Bencana Alam

Kejadian bencana demi bencana alam terjadi tanpa terelakkan, Maraknya bencana alam di wilayah Indonesia tidak membuat pemerintah dan masyarakat banyak belajar lalu berusaha mencari solusi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bencana tersebut, dari masa ke masa namun keadaan tidak jauh berubah, proses penanggulangan atas bencana masih menuai kritikan, hal itu disebabkan oleh pemerintah yang dinilai lamban dan kurang serius. Kritikan dan penilaian terhadap pemerintah semakin gencar, tetapi bagi para korban bencana tetap saja berharap dan bergantung pada bantuan-bantuan pemerintah. Di samping kelemahan pemerintah, kondisi di lokasi bencana justru semakin parah karana pihak-pihak (stake holders) tidak berperan konstruktif dalam menyikapi permasalahan pasca bencana. Oleh karena itu, model penanggulangan bencana membutuhkan usaha-usaha serius, terencana, terutama jika hal itu dilakukan bersama-sama dengan korban bencana sendiri. Institusi keagamaan yang bekerjasama dengan kepanduan (pramuka) akan menjadi tim yang paling sukses menangani permasalahan bencana alam. melalui kiprah dan pengalaman kedua institusi ini akan dapat memberi kehidupan baru dalam atmosfir penanggulangan bencana alam nasional, model penanggulangan bencana membutuhkan usaha-usaha serius, yang didasarkan pada prinsip gotong royong dan kemanusiaan, yang dijalankan secara terencana, terutama jika hal itu dilakukan bersama-sama dengan korban bencana sendiri. Dalam artian permasalahan bencana harus mengutamakan kedua institusi tersebut diatas sebagai penentu dan pelaksana kerja. Sebab sampai saat ini Negara ataupun pemerintah dinyatakan gagal dalam menangani permasalahan ini. Maka sudah saatnya kedua institusi yang disebutkan diatas diserahkan sebagai kelompok terdepan yang menjadi motopr penggerak. Mengapa hal ini harus terjadi? Jawabannya sederhana , yakni hanya dua institusi inilah yang masih terbilang bersih dinegeri ini dari Bertolak dari permasalahan itulah penelitian kali ini berupaya memfokuskan kajian tentang bagaimana agama dan kepramukaan beserta sifat praksisnya ketika terlibat dalam proses-proses penanganan korban bencana gempa di Yogyakarta. Penelitian ini dirancang dengan model penelitian kualitatif deskriptif, dengan metode pengumpulan data dari hasil proses interview, observasi serta diperkuat data-data sekunder berupa catatan-catatan, dokumentasi yang berkaitan dengan kepentingan dan validitas penelitian. Institusi kepramukaan dan keagamaan akan sangat meyakinkan dapat memberi banyak sekali kontribusi penting sebagai tim penanggulangan fisik dan non fisik, moril dan materil. Partisipasi maupun kontribusinya sebagai sebuah keyakinan menghantarkan para pemeluk agama mampu beradaptasi terhadap alam yang terkadang bergejolak. Sedangkan kesederhanaan, kegotongroyongan, dan semangat pengabdian dari institusi kepramukaan akan lebih mudah diterima oleh masyarakat secara menyeluruh. melalui kegiatan-kegiatan keagamaan mengarah pada peningkatan positif dan mendorong kemandirian para korban, ditunjang lagi oleh kesigapan para pramuka yang ikhlas mengabdi tanpa mengharapkan imbalan inilah yang akan mampu menjiwai para korban bencana di lingkungan tempat tinggalnya untuk mengatasi kondisinya sendiri. Agama sebagai pandangan hidup dan kepramukaan sebagai lapangan pengabdian, tidak semata-mata mengajarkan ikhlas dan kesabaran saja, dalam struktur gugus tugas penanggulangan bencana ini mereka akan mampu mensinergikan tindakan praksis kepada masyarakat korban gempa yang diperlukan untuk mewujudkan keseimbangan antara ruhani dan jasmani, antara hidup berjuang sebagai masyarakat dan usaha-usaha mencapai hidup di akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar